http://DeepProfit.com/?ref=74058

Kamis, 04 April 2013

Duchenne Muscular Dystrophy Can't Stop Me


  Bermula waktu baru masuk Sekolah Dasar, Saya merasa ada yang aneh dengan diri saya. Melihat anak-anak lain dapat meloncat, berlari, bermain bola dengan teman-teman nya sedangkan saya tidak bisa. Sebenarnya bukan tidak bisa, pernah saya beberapa kali mencoba untuk bermain bola bersama teman-teman tapi saya sangat mudah sekali terjatuh sehingga teman-teman saya jadi malas dan enggan untuk bermain bersama bahkan ada yang meledek dan saya pun menjadi malu dan enggan bergaul bersama mereka. Saya ingat sekali ledekan-ledekan mereka yang sampai sekarang masih terngiang di telinga saya dengan jelas. Aneh nya lagi setiap pelajaran olah raga, bapak Guru malah menyuruh saya untuk tidak ikut berolah raga dan menyuruh saya menunggu di pinggir lapangan sehingga menjadi pertanyaan besar bagi teman-teman saya saat itu mengapa saya tidak mengikuti pelajaran olah raga seperti anak-anak lain nya dan saya hanya bisa menjawab kalo saya tidak di perbolehkan mengikuti olahraga oleh bapak guru tersebut atau sedang sakit. Perasaan aneh dan iri terhadap anak-anak lain yang dapat bergerak bebas makin besar tapi saya tidak tahu harus bagaimana. Rasa penasaran serta keingintahuan yang besar membuat saya memberanikan diri untuk bertanya kepada orang tua, Tapi mereka bilang kalau tidak ada yang aneh dari diri saya dan hanya sedikit kurang kuat. Dengan jawaban seperti itu bahkan terkesan menutup-nutupi kekurangan saya semakin membuat saya makin bingung. Tidak puas dengan jawaban dari orang tua akhirnya saya hanya bisa memendam perasaan itu hingga lulus dari SD tersebut.
  Memasuki SMP dan semakin bertambah nya usia saya, malah membuat saya makin berfikir macam-macam dan sudah mulai malu dengan kekurangan saya. Saat itu kelas saya berada di lantai 2 sehingga setiap hari saya sengaja untuk datang terlambat agar tidak terlihat oleh teman-teman saya ketika menaiki tangga tersebut dan saya selalu bolos pada saat di hari itu ada pelajaran olah raga. Tentu saja itu membuat saya semakin di ledek oleh teman-teman saya karena suka membolos dan datang terlambat, sehingga saya tidak memiliki teman di sekolah itu. saya cenderung diam dan menyendiri saat berada di sekolah, keadaan yang sangat-sangat tidak nyaman buat saya saat itu. Tidak tahan dengan keadaan tersebut akhir nya saya tidak mau bersekolah hampir satu bulan lebih. Ketika itu saya duduk di kelas 2 SMP dan sedang mengalamai masa-masa puber, yang dimana ingin terlihat hebat oleh teman dan orang lain. Secara kebetulan saya mengenal salah satu teman yang umurnya lebih tua dari saya memiliki hobby balapan mobil. Karena ingin di anggap hebat akhirnya secara diam-diam saya belajar cara mengemudi mobil dengan teman saya itu. Tidak membutuhkan waktu lama saya sudah bisa menyetir mobil dan teman saya mengajak untuk mengikuti balap mobil. Singkat cerita dan karena di bilang berbakat oleh pemilik bengkel tersebut, saya menyutujui untuk mengikuti ajang balap mobil, tentunya dengan mobil dan perlengkapan balap pinjaman dari teman saya itu.
  Untuk mengikuti ajang balap mobil harus memiliki kartu KIS ( Kartu Izin Start ) yang dimana harus di setujui oleh Dokter yang di rekomendasi kan oleh IMI ( Ikatan Mobil Indonesia ) . Saya pun berangkat ke klinik dokter itu di bilangan Blok M, ketika itu saat makan siang dan saya menaiki tangga untuk menuju ke ruangan dokter nya. Tanpa sepengetahuan saya ternyata Dokter yang ingin saya temui itu berada di belakang saya ketika menaiki tangga dan dia melihat bagaimana susah nya saya menaiki tangga itu, sesampai nya di ruangan dokter nya kaget ternyata saya ingin menemui dia untuk meminta persetujuan dia untuk pembuatan kartu KIS. Akhir nya dokter itu menyuruh saya melewati beberapa Test. Dokter itu berkata bahwa saya mengidap penyakit Duchenne Muscular Dystrophy ( DMD ) dan umur saya tidak akan lebih dari 20 tahun. Sungguh rasa nya seperti tersambar geledek di siang hari dan saya hanya sendirian. Rasa antara kaget , sedih, tidak percaya dengan apa yang terjadi campur aduk jadi satu dan tentu nya dokter tersebut tidak memberikan izin untuk pembuatan kartu KIS itu karena percuma saya tidak akan menang. Sedih sekali saat itu seorang dokter yang berpendidikan tinggi tega berbicara seperti itu dengan saya yang baru kelas 2 SMP dan saya pun pulang kerumah dengan perasaan tidak menentu. Sesampainya di rumah saya hanya bisa mengunci diri di kamar. Tidak mau makan, tidak mau sekolah pokok nya hanya diam memikirkan omongan dokter itu. Keadaan seperti itu tentunya membuat orang tua saya bertanya-tanya., Setelah beberapa hari di tanya oleh ibu dan saya hanya diam saja akhirnya saya menceritakan kejadian itu kepada ibu saya. Sambil menangis sedih ibu menceritakan apa yang terjadi dengan saya sebenarnya dan saya pun ikut menangis. Selang beberapa hari dari kejadian itu saya iseng untuk kembali ke dokter tersebut untuk meminta kembali kartu KIS . dengan keadaan sangat terpaksa dokter itu memberikan Kartu Izin Start tersebut dengan perjanjian kalau terjadi apa-apa dengan saya dia tidak mau bertanggung jawab.
  Dengan perjanjian dengan kedua orang tua bahwa saya harus kembali bersekolah akhirnya saya di perbolehkan untuk mengikuti ajang balap mobil itu yang tinggal beberapa hari lagi berlangsung. Saya pun mengikuti Ajang balap mobil tersebut hingga sekarang ini dan pada saat pertama kali saya mendapat juara 5 saat itu juga saya kembali menemui dokter itu dan memberikan Piala tersebut untuk mematahkan omongan dokter itu bahwa saya tidak akan menjadi juara.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar